Kalamullah

Kalamullah

Tuesday, January 4, 2011

Jom Reflek Diri~ (JRD)



Dulu, terjadi perbahasan fiqh yang menarik tentang hukum pelekat cermin kereta yang tertera ayat-ayat suci al-Quran. Perbahasan halal au haram ini terjadi kerana, nama “Allah” yang dikau lekatkan pada cermin kereta itu, bisa dicemari najis burung, yang membuangkan sisa-sisanya dengan sesuka hati, tanpa menghiraukan orang lain –terutama sang pemilik kereta- persis undang-undang ISA yang menangkap orang tanpa pernah mempedulikan perasaan dan keluarga orang lain. Nah, bukankah najis yang terkena ayat-ayat suci Allah itu, satu pencemaran sekaligus penghinaan terhadap agama suci kita al-Islam?


Tapi, perbahasan di sini timbul kerana, najis burung itu tidaklah menyentuh ayat-ayat suci al-Quran yang dilekatkan itu pada hakikatnya. Ini kerana, cermin kereta itu menjadi penghalang atau pemisah di antara najis burung, dengan pelekat ayat-ayat suci al-Quran itu. Lalu, andainya sang burung telah pun melepaskan najisnya sesuka hatinya (Ikut Suka Aku (ISA), kata burung), maka yang perlu kita lakukan adalah menyiram najis burung itu, lalu hilanglah segala kontroversi tentang pencemaran dan penghinaan yang telah dikau timbulkan.

Apa pun, point dan hujah sebahagian pihak tentang kemungkinan nama dan kalam Allah tercemar tatkala ianya dijadikan pelekat cermin pada kereta, tetap perlu diambil perhatian oleh kita semua. Ini kerana mereka yang berkeras mahu mengharamkannya, tentunya mereka yang cukup cinta dan sayang pada Allah dan agama-Nya, serta mempunyai sensitivity yang cukup halus, hingga wajar kita –kalau pun tidak bersetuju dengan mereka- mengagumi dan memuji kecintaan mereka terhadap islam itu, sekaligus berlapang dada dengan mereka; yakni orang yang sama-sama cinta dan sayang pada Allah dan agama-Nya yang mulia.


Namun, dari satu sudut yang lain pula, pencemaran terhadap nama Allah dan kalam suci-Nya memang sering kali berlaku. Lihatlah, bukankah “nama Allah” dan “kalam suci-Nya”, yang sepatut dan seharusnya ter”lekat” pada hati kita, terlebih sering kita cemari dengan “najis-najis” dosa, dengan karat-karat jahiliyah, dengan kegelapan maksiat dan cinta terhadap dunia? Tapi, kenapa tidak pula orang mensensasikan hal itu? Kalimah Allah yang dilindungi cermin, dianggap tercemar dan terhina tatkala najis burung menghingapi cermin itu, tetapi kalimah Allah di dalam hati, betapa sering dicemari “ilah-ilah” lain selain Allah, sedang kita sudah mengikrarkan betapa tidak akan pernah ada ila yang lain yang kita ambil, melainkan diri Allah!


Berdoalah, moga hati ini senantiasa suci, senantiasa bersih, dan senantiasa bebas daripada segala “najis” dosa, noda, dan sisa-sisa Jahiliyah, yang bisa “mencemari” kalimah Allah yang telah tersemat di dada kita. Jangan sampai DOE (Department of Environment), mahupun malaikat pencatat dosa, “menyaman” dirimu di atas pencemaran hati, dan “pembunuhan” jiwa. Awas!


Credit: http://farhan-albanna.blogspot.com

No comments:

Post a Comment